Stunting yang terjadi pada anak balita menjadi masalah kesehatan serius yang dihadapi dunia khususnya negara miskin dan berkembang seperti Indonesia.
Penyebab utamanya yaitu karena malnutrisi yang berlangsung lama, akibat dari ibu tidak mencukupi kebutuhan gizi serta nurtisi selama kehamilan. Selain malnutrisi, stunting juga bisa sebabkan karena anemia atau kekurangan zat besi yang dialami ibu hamil.
Anemia yang dialami oleh ibu hamil dapat berdampak serius terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Kekurangan zat besi selama kehamilan jika terus dibiarkan terjadi akan berdampak pada bayi yang lahir prematur dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR), stunting, hingga komplikasi serius lainnya termasuk risiko kematian.
Baca juga: Cegah Stunting dengan 5 Langkah
Dilansir dari laman Kemenkes RI, anemia merupakan kondisi di mana tubuh kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah yang tidak sesuai dengan standar yang seharusnya.
Batas normal kadar Hb berbeda-beda di setiap kalangan usia. Pada anak balita, batas normal kadar Hb yaitu < 11, wanita dewasa < 12, dan pria dewasa <13. Sebagai informasi, hemoglobin memiliki fungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh.
Seseorang yang kekurangan mengalami anemia ditandai dengan 5 L yaitu lemas, letih, lesu, lelah dan lunglai. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018 menunjukan bahwa, sebesar 32% remaja usia 15-24 tahun di Indonesia menderita anemia. Ini artinya ada sekitar 3 sampai 4 dari 10 remaja berpotensi meningkatkan risiko angka kelahiran prematur, hingga stunting pada anak.
Anemia umumnya dialami oleh remaja putri, hal ini disebabkan oleh 2 hal yaitu, kurangnya asupan zat gizi dan pengeluaran zat gizi yang berlebihan. Namun sebagian besar kasus anemia yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh kurangnya zat besi.
Baca juga:
Pentingnya Memilih Makanan, Lakukan Cek dan Kroscek Sebelum Membeli Produk Kemasan
Anemia yang terjadi pada remaja putri memiliki risiko jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini terjadi karena remaja putri mengalami menstruasi. Tidak hanya itu saja, remaja putri yang mengalami anemia berpotensi menjadi wanita subur dengan anemia, dan jika hamil, mereka berisiko mengalami kehamilan dengan anemia.
Oleh karena itu, untuk melengkapi zat gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak bisa jika hanya mengandalkan satu jenis makanan saja, melainkan diperlukan adanya kombinasi berbagai jenis makanan sebagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan anemia.
Hal yang perlu dilakukan dengan melengkapi asupan zat besi yang cukup sehingga akan meningkatkan pembentukan Hb dalam tubuh. Warga sedulur Banten bisa mulai mencegah anemia sejak dini sebelum terlambat dengan memastikan apa yang kita konsumsi baik untuk tubuh.
Upaya pencegahan Anemia
Konsumsi makanan dengan gizi seimbang terutama yang tinggi protein dan kaya akan zat besi, seperti daging merah, seafood, tahu, dan kacang-kacangan Konsumsi buah serta sayur yang kaya akan vitamin C, E, dan A, seperti bayam, brokoli, apel, buah bit, delima, dan kurma.
Selanjutnya, minum tablet tambah darah (TTD) secara teratur satu minggu satu tablet untuk remaja putri dan ibu hamil. Lakukan aktivitas fisik dengan rutin olahraga jalan santai, lari, berenang dan bersepeda serta minum air putih 8 gelas setiap hari
Kesehatan remaja putri perlu dijaga dengan baik, agar saat memasuki masa kehamilan bisa terbebas dari anemia dan mampu melahirkan generasi yang sehat.
Jangan biarkan anemia menjadi penghalang tumbuh kembang anak. Bersama, kita cegah anemia untuk generasi bebas stunting sehingga terwujud generasi yang sehat dan cerdas! (Ifaa/MGMG).
Artikel lainnya bisa diakses di sini
Sumber :
1. Kemenkes RI
2. Indonesiabaik.id